Senin, 23 Februari 2009

Pada yang Mungkin Tak Ada...



Aku,, pernah menunggunya,, untuk datang dan berpagut di ruang yang sama...
Aku,, tetap sadar diatas nyata yang mungkin tak ada
Tak ada satu yang terjaga di atas yang bersahaja...

Maafkan,, aku tak bisa bawamu jadi biasa dari belenggu serat kaca di ruangmu yang manja
Dan yang kurasa kaupun tak ingin berada di cahaya yang sama

Lepaskanlah dari angan tentang suara angin yang kujanjikan,,,
Cumbui saja sisa wangi itu, disaat aku sama merindu suara merdu hela nafasmu
Peluk saja bayang bias saat aku terlepas, mungkin itu bukan dosa saat aku tak lagi nyata..

Aku yang memang lepas,,
tak begitu merasa bebas di bawah sinar fakta yang bias
tapi aku merasa puas menjadi garis hitam diatas selembar kertas yang kau tulis dengan tegas...............

Minggu, 22 Februari 2009

Cinta Harus Terucap

Cinta..
Mungkin akan lebih indah ketika Ia terucap,,,
Seperti dawai gitar yang alunannya mendamaikan, bila telah terpetik dalam pelukan...
Seperti rintik hujan yang segarnya menenangkan, bila gemericiknya terdengar perlahan...

Dan ketika Cinta terucap,,,
Nadanya akan bebaskan aku dari dekap ruangnya yang senyap...

Sabtu, 07 Februari 2009

Aku,, di Buku Suci... ( Catatan Abadi Hari demi Hari )

Kisah… jadi…dan, kejadian datang dan pergi lalu datang lagi
Tinggalkan imajinasi yang tak termaknai… untuk pergi lagi…
Itu…seperti itu…dan selalu begitu
Waktu demi waktu berlalu
Tanpa goresan makna yang terukir indah atau lara
Di hati belia yang hanya bisa terpana…

Apa yang akan kutoreh…
Diatas lembar demi lembar buku suci
Lembaran kisah waktuku untuk kubaca kembali…

Itu…seperti itu… dan selalu begitu
Waktu demi waktu hanyalah goresan itu
Goresan tinta sebuah makna semu
Tanpa arti tergali di tiap langkah kakiku

Akankah selalu begitu…
Ku arungi waktu demi waktu
Hingga lelah masa menanti…
Hingga hela nafasku tiada lagi…
Terhenti di lembar terakhir buku suci…

By : Rudy

Saat Hidup Jatuh di Pilihan Yang Salah

Siang itu,, nggak ada matahari sama sekali, saya terlibat obrolan seru dengan seorang sahabat di ruang privat chat... seolah senada dengan cuaca hari itu dia bercerita tentang masalah yang sangat menggangu dimana dia sedang merasa "beku" dan "kaku" karena dihadapkan pada dua pilihan yang menurutnya sangat membingungkan,, masalahnya adalah dia merasa takut jika ternyata dia mengambil pilihan yang salah,, hmmh. Obrolan ini menginspirasi saya untuk menuliskan sesuatu yang mungkin bukanlah mutlak suatu kebenaran,, namun setidaknya bisa menjadi renungan untuk saya,, mungkin anda..
Pada dasarnya tidak ada yang bisa mempersalahkan ketika seseorang berjalan ke arah tertentu,, karena hidup ini tidak tertulis hanya untuk memenuhi satu sisi yang pasti, dan apakah hidup ini tertulis hanya untuk memenuhi satu titik tertentu ? sepertinya tidak seperti itu,, karena ada banyak jalur yang Allah ciptakan untuk dilalui oleh umatnya yang telah tertakdir dalam perbedaan.
Hingga kapanpun, takkan pernah berubah sebuah norma hidup dimana manusia akan selalu dihadapkan pada ribuan pilihan di setiap jengkal hari yang dilalui, dan sejatinya setiap jiwa akan berdilema dalam menentukan salah satunya, satu diantara dua, dua diantara tiga, atau beberapa diantara banyak, dan lalu sejatinya pula manusia akan mengambil konsekuensi dari apa yang mereka pilih… oleh karena itu, kesalahan dalam menentukan pilihan juga akan menjadi hal yang tak pernah dapat kita hindari dalam lintang garis umur yang Allah berikan, mungkin hal itu dapat menjadi alasan untuk tidak menyesali kesalahan kita dalam memilih.
Baik,,buruk,, itu variabel yang mutlak telah tertera dalam setiap langkah yang akan kita tentukan, namun kodrati manusia sering kali di interupsi oleh berbagai kekuatan lain di luar dirinya yang senantiasa mampu mensamarkan kriteria baik dan buruk dalam persepsinya.
Sebagian dari kita mungkin berbahagia dan berbangga dengan keberhasilan atas pilihannya yang ternyata merupakan sebuah kebaikan, namun sebagian yang lain mungkin sedang menyesali langkah yang baru saja diambilnya, dan mungkin berharap waktu dapat mereka putar kembali,, namun sayangnya kita tak pernah bisa melangkahi kembali garis waktu yang telah kita pijak. Lalu pertanyaan yang bukan anomali, muncul : apakah Allah membiarkan hambanya yang gagal dan salah memilih, terus berada dalam keterpurukan ?
Paragrap ini mencoba memecah jawaban tersebut dengan sebuah logika dari pertanyaan baru : "Dapatkah kita menentukan secara mutlak bahwa pilihan A lebih baik dari pilihan B atau sebaliknya ?" rasanya tidak ada satupun makhluk yang dapat membuat sebuah kepastian yang mutlak di muka bumi. Seandainya manusia ternyata mengambil pilihan baik, bukankah masih sangat mungkin di dalamnya nanti masih banyak cabang yang bisa membawa manusia itu ke dalam kehancuran... Dan sebaliknya, seandainya ternyata manusia itu mengambil pilihan buruk,, bukankah masih sangat mungkin di dalamnya nanti masih banyak cabang untuk memperbaiki kesalahan.. Lalu apakah kita masih punya alasan yang cukup untuk dihantui ketakutan dalam menentukan pilihan ?
Dan sebagai kesimpulannya adalah manusia hanya perlu memilih dengan tegas salah satu yang terdekat ke arah kebenaran yang diyakini, sisanya biarlah kuasa Allah yang menentukan kelanjutannya, dan ingatlah beberapa hal yang mungkin kita lupakan : bahwa Allah tidak akan melepaskan begitu saja hamba-Nya yang telah diturunkan ke dunia, Allah tidak akan mengabaikan hambanya yang tersesat dalam menetukan setiap jalan yang telah dipilih, karena bukankah Allah sendiri yang menyediakan pilihan-pilihan beserta konsekuensinya ? dan bukankah Allah juga yang mengajarkan kita untuk terus belajar dari ayat-ayatnya ? dan telah merupakan kepastian bahwa Allah adalah sang maha penerima taubat yang tak mungkin tertanggalkan, dan Allah juga lah sebaik-baik pemelihara... wallahua'lam bisssawab...
[ =Rudy Saputra=]